#review; Kala Kali.

hello again!

setelah beberapa bulan hiatus membuat ulasan sebuah buku yang baru saja aku baca atau buku-buku kesukaanku yang menurut pendapatku "worth-to-read-for-hundred-times", sekarang aku kembali untuk melanjutkan hobi baru ini. semoga saja kedepannya bisa konsisten dalam mengisi konten disini, ya hehe doakan saja!
aku kembali kesini dengan bahasa Indonesia dan lebih 'kasual' karena aku akan menuliskan pendapat atau opiniku juga ulasan singkat mengenai sebuah buku dari dua penulis asal Indonesia yang baru sempat aku selesaikan. 

Judul : Kala Kali

Author : Valiant Budi & Windy Ariestanty

Penerbit : Gagasmedia

buku ini aku temukan seperti sebuah "harta karun" di tengah pelosok hutan lebat yang menyejukkan. mengapa? ceritanya, aku tidak sengaja menemukan buku ini di sebuah "bazar buku diskon" suatu ketika saat aku sedang berjalan-jalan iseng, tak berniat memburu buku. bagai panggilan alam, tak ada yang bisa menghentikan langkah kakiku memasuki wahana buku. mataku berbinar, nyalang, mencari apa saja yang bisa kutemukan untuk memuaskan dahagaku membaca.
meski dalam hati, aku sedih sekali mengetahui buku sebagus dan secantik ini dijual dengan harga yang cukup murah, terlebih memiliki dua author. bukannya aku tidak senang menemui tulisan "buku diskon" yang tertera di spanduk merah dengan ukuran huruf besar ditengah-tengah pusat perbelanjaan, logikanya, seorang author atau penulis akan mendapatkan royalti dari satu transaksi yang terjadi ketika buku tersebut dipilih oleh pembaca untuk dibeli. aku pikir, tak selayaknya karya seni diperlakukan sebagai "barang murahan", namun apa dayaku, toko buku juga adalah sebuah bisnis, bukan?

singkat cerita, takdir mempertemukan aku dengan "Kala Kali". tak sepenuhnya juga campur tangan takdir sih, memang kekasihku yang menyarankan aku untuk membaca buku ini. menurutku, covernya cantik, dengan perpaduan warna hitam dan silver yang menarik. buku itu berjajar rapi di rak dengan bungkus plastik. kalimat yang tertera di depannya juga membuatku sungguh tergelitik. 

"Hanya Waktu yang Tak Pernah Terlambat"

terkagum-kagum dengan "bungkus luar"nya yang luar biasa, "Kala Kali" tak ayal membiusku dengan jalan ceritanya pula. kupikir, secara keseluruhan buku ini dirangkai dengan apik. aku disuguhkan dua buah cerita mengenai waktu dan takdir dengan latar yang berbeda. dihiasi foto bernuansa hitam-putih yang tampak seperti hasil jepretan kamera polaroid pada setiap awal bab, dan kutipan-kutipan yang membuatku semakin penasaran.

sinopsis cerita pertama:
"Aku merasa kembali menjadi balita, mengentak-entakkan kaki ke lantai sambil bertepuk-tepuk tangan gembira. Tidak ingin membuang-buang waktu, aku ingin segera meniup lilin sambil berharap dalam hati akan ada lilin serupa untuk tahun depan, di atas sepotong kue yang dibawakan Ibu. AMIN!

Berbagai potongan kenangan dengan Ibu berkelebatan hebat di benakku. Aku mungkin berbeda dengan remaja lainnya yang kala mengingat masa kecil selalu dengan tawa dan kebersamaan yang hangat; seperti yang kulihat di lembaran iklan-iklan susu balita atau es krim literan itu.
Dan, setiap kenangan itu hadir, ingin rasanya membalikkan langkah."

cerita pertama ditulis oleh Valiant Budi, berjudul "Ramalan Dari Desa Emas", mengenai waktu yang tak pernah terlambat dan kepercayaan mengenai kutukan. membaca ceritanya membuat bulu kudukku meremang. tak tertebak, penuh teka-teki mengenai takdir. kesialan yang selalu diiringi dengan keberuntungan dibaliknya, dan ketepatan waktu yang tak terduga. cerita sederhana yang luar biasa! alurnya memikat, membuatku tak sabar ingin membaca kelanjutan cerita si tokoh utama yang memulai petualangannya dari Pantai Sawarna.
konflik kecil mengenai keluarga juga membuat hatiku terasa hangat. bagiku, Valiant Budi mengakhiri cerita pada klimaks! beberapa kali nafasku tercekat membacanya, begitu banyak kejadian yang membuatku bergumam "nyaris saja". tata bahasa yang digunakan ringan dan tidak terlalu baku, mudah dicerna seperti berbicara sehari-hari dengan orang yang sering kita temui. tidak terlalu banyak analogi, namun pesan yang disampaikan jelas tersurat di dalam ceritanya. aku suka!

sinopsis cerita kedua :
"Setiap kali berulang tahun, aku semakin mendekati tempat asalku: ketiadaan. Ibuku bilang, dunia ini sendiri pun lahir dari ketiadaan. Karena lahir dari ketiadaan, mengapa pula harus mencemaskan kehilangan?
Ketiadaan itu meluaskan, kata Ibu, dan mempertemukan manusia dengan banyak hal, di antaranya cinta. 
'Aku berharap bisa melindungimu dari patah hati. Tapi itu tak mungkin'."

cerita kedua ditulis oleh Windy Ariestanty. kalau membuka cover bukunya, kau akan menemukan kutipan kedua, yang berbunyi;

"Tak pernah sangat besar, tidak juga terlalu kecil. Cinta itu cukup."

apa ada yang namanya "jatuh cinta pada kutipan pertama"? kalau ada, hal itu baru saja terjadi padaku! belum membaca keseluruhan tulisannya saja aku sudah kepalang jatuh cinta! cerita kedua ini dirujuk oleh sang author sendiri sebagai "Bukan Cerita Cinta", tapi tetap saja buatku ini cerita cinta. meski tak seluruh kisah cinta punya akhir yang manis, malah seringkali justru diakhiri dengan tragis, aku menyukai alur cerita cinta logis yang ditulis dengan cukup dramatis oleh perempuan luar biasa ini. gaya bahasa, tata cara penulisan, pemilihan diksi, dan analogi yang digunakan dalam cerita membuatku terpesona. sederhana dan tidak berlebihan, segalanya terasa pas. Windy Ariestanty menulis dengan manis sekaligus miris, konflik yang disuguhkan membuatku gemas pada karakter tokoh utama dan cinta-cintanya yang platonis! aku juga dibuat terhenyak oleh analogi cinta seujung kuku jari jemari.

aku menyadari ada sebuah kesamaan tema dalam kedua cerita ini, mengenai ekspektasi, ulang tahun yang mengharapkan perayaan seperti kebanyakan orang, dan cinta kasih seorang Ibu terhadap anak yang tak pernah lekang. mungkin juga itu sebabnya mengapa Valiant Budi dan Windy Ariestanty di-duet-kan oleh penerbit. aku merasa pesan yang ingin disampaikan oleh kedua penulis dapat tersampaikan. cerita-cerita sederhana yang indah namun menggugah.

senang sekali rasanya bisa membaca lagi buku karya penulis-penulis Indonesia setelah sekian lama. dan bisa menemukan "dunia"-ku lagi disini untuk berbagi dengan kalian semua. seperti yang sudah pernah aku katakan sebelumnya, ketika menulis reviu untuk buku dengan author dari Indonesia, maka aku akan menuliskannya dengan Bahasa.

terima kasih sudah membaca, dan jangan ragu untuk terus berkarya.
sampai jumpa pada postingan berikutnya!

(picture taken by myself using Canon Mirrorless Camera.)


Comments